Ini adalah pertama kalinya saya ke Jayapura. Jayapura merupakan ibukota propinsi Papua dimana
merupakan ibukota propinsi yang terletak paling timur di Indonesia.
Perjalanan ke Papua menempuh waktu sekitar 6.5 jam dari
Jakarta, Pesawat saya mulai berangkat Jam 11 malam, sekitar jam 2 pagi sempat
transit sebentar di Makassar lalu lanjut dan mendarat di Bandara Sentani
Jayapura sekitar jam 7 Pagi.
Pemandangan Danau Sentani dari udara memang sangat
mengagumkan, danau ini merupakan danau terbesar di Papua dengan luas sekitar
9.360 hektar. Danau ini memiliki pulau-pulau kecil dan arti kata Sentani adalah
“Disini kami tinggal dengan damai”
Pemandangan di sekitar Danau Sentani
Bandara Sentani, Jayapura
Ada pemandangan yang unik dibandara ini dan saya rasa tidak
ditemui di bandara lain…
Orang-orang di Papua gemar mengunyah Pinang, oleh karena itu
tidak heran para penjual pinang ini mudah ditemui dimana-mana.
Dari Sentani, saya naik mobil menuju kota Jayapura,
perjalanannya memakan waktu sekitar 1,5jam (jika macet bisa 2 jam).
Sepanjang perjalanan disuguhi pemandangan danau dan
pegunungan. Kota Jayapura sendiri berada di dekat laut dimana berhadapan
langsung dengan laut Pasifik.
Kota Jayapura sendiri sudah modern dan sudah banyak
mobil-mobil type baru berseliweran, berbeda jauh dengan yang biasa saya lihat
di TV dimana orang-orangnya masih memakai pakaian adat dengan kotekanya.
Penduduknya sendiri sudah beragam dan sudah banyak pendatang dari daerah
Makassar dan Manado.
Hal pertama yang saya lakukan sesampainya di Jayapura adalah
mencari makanan khas yaitu Papeda (bubur sagu), tapi ternyata hal ini tidak
gampang, dan bahkan ketika saya bertanya dengan orang setempat pun tidak ada
yang tahu dimana tempat rumah makan yang menjual karena kabanyakan untuk
konsumsi rumahan. Akhirnya pilihan makan
siang jatuh pada KFC.. (duh.., jauh-jauh ke Papua makannya KFC).
Biaya hidup di kota ini termasuk mahal, termasuk juga
makanannya, perbandingan antara KFC di Jakarta dengan di Papua harganya selisih
jauh.., hahaha…
Baru pas malamnya saya diantar ke salah satu Café yang
menyediakan masakan Papeda.. (Whiiih makan Papeda di café loh….!)
Ketika pertama kali masakannya datang, saya sempat bingung
bagaimana cara makannya?, ternyata menggunakan sumpit digulung dan ditaruh ke
piring yang sebelumnya dikasih kuah yang banyak supaya tidak lengket.
Rasanya seperti apa sih…?, hmmm… lengket.. hehehehe, tapi
terbantu dengan adanya kuah kaldu ikan yang dimasak dengan belimbing sayur,
jadi rasanya asam segar…, Walau ngambil papedanya sedikit tapi cukup
mengenyangkan menurut saya.
Keesokan harinya saya pergi mencari souvenir, Apa sih souvenir
khas Papua kalo bukan Koteka…!, setelah bertanya-tanya saya ditunjukan jalan
untuk naik angkot warna hijau yang melewati rute ke Jalan Hamadi dan turun di
depan Pengadaian.
Sampai disana ternyata ada beberapa toko yang berjejer
menjual berbagai macam souvenir khas Papua
Puas berbelanja, saya kembali pulang ke Hotel. Saya juga
sempat berjalan-jalan di Pasar Mama Mama Papua karena lokasinya berdekatan
dengan hotel tempat saya menginap, disana saya temukan banyak yang menjual ikan
Asar untuk cemilan.., biasanya ikan yang digunakan adalah ikan ekor kuning dan
ikan cakalang yang dibakar menggunakan bara (mirip kaya ikan asap).
Sebelum dibakar, ikan ini dilumuri jeruk nipis dan dibakar
begitu saja tanpa bumbu, rasanya gurih dan harum.
Malam harinya saya diajak makan seafood di pinggir laut,
dari sana terlihat pemandangan kelap kelip kota Jayapura
Puas makan saatnya mencari buah pencuci mulut, kebetulan di
pingir jalan ada pedagang yang menjual buah khas Papua yaitu Matoa
Rasa buahnya manis dan teksturnya mirip seperti buah
lengkeng serta ada sedikit rasa durian.
Menurut penjualnya buah ini hanya panen 2 kali setahun,
biasanya panen pertama habis di makan kelelawar, baru yang bisa diambil adalah
panen ke dua.
Keesokan Paginya saya balik ke Airport Sentani,
Diperjalanan, saya sempat singgah di Taman Budaya Propinsi Papua dimana
letaknya sebelahan dengan museum adat Papua.
Di tempat ini ada bermacam-macam rumah adat dari seluruh
Papua
Pemerintah setempat sepertinya sudah tidak
merawat tempat wisata ini, sehingga akhirnya rumah-rumah adat tersebut dijadikan tempat
tinggal oleh penduduk setempat.
Demikianlah akhir kunjungan saya di Jayapura, secara
keseluruhan menurut saya kota ini sangat indah.., sebenarnya masih banyak
tempat yang saya ingin kunjungi termasuk diantaranya perbatasan PNG (Papua New
Guinea) namun berhubung waktunya sangat singkat, hal itu tidak bisa terlaksana,
semoga lain waktu hal itu bisa terwujud.