Join my personal BBM Channel C000E9700

Rabu, 10 Oktober 2012

Mengunjungi Pasar Terapung Lok Baintan, Banjarmasin

Alarm handphone saya berbunyi memecah kensunyian pagi, waktu telah menunjukan pukul 4 pagi. Kesadaran saya belum sepenuhnya pulih karena terbangun mendadak. Ruangan kamar saya masih gelap gulita, saya mengapai-gapai meja disamping tempat tidur untuk mengambil handphone dan mematikan alarm yang nyaring berbunyi.

Dengan enggan saya bangun dari tempat tidur untuk segera bersiap-siap mandi dan berbenah diri, petualangan hari ini akan dimulai.

Saya memasukan camera ke tas, serta memeriksa sekali lagi apakah barang-barang yang saya butuhkan sudah dibawa, lalu mengambil jacket dan berjalan keluar kamar hotel dan turun ke Lobby.

Waktu sudah menunjukan pukul 5 pagi dan saat saya sampai di lobby saya diinfo oleh resepsionis hotel bahwa  mobil jemputan saya telah datang, tanpa membuang waktu saya langsung ke parkiran dan masuk ke mobil. 

Langit masih gelap dan berkabut, beberapa hari ini di kota Banjarmasin memang dilanda kabut asap sangat pekat, sehingga beberapa schedule penerbangan ada yang di tunda.
Mobil saya berjalan cepat, jalanan masih sepi, hanya ada 1 atau 2 mobil yang berpapasan dijalan, lama perjalanan sekitar 30 menit dan akhirnya saya sampai di depan kantor walikota. Saya turun melihat ke kiri dan kekanan jalan, masih belum ada orang. Akhirnya saya menelpon seseorang. 
 “Hallo” terdengar jawaban di sana.
 “Ya Pak, saya sudah sampai. Bapak ada dimana?” Tanya saya.
“Saya ada di seberang, dekat sungai” Jawab suara ditelepone.
Pas saya melihat kearah seberang dekat sungai, dipinggiran terlihat orang melambaikan tangan di kegelapan.
“Oh.., oke Pak, saya kesana” jawab saya sambil menutup telephone.

Akhirnya saya bertemu dengan Pak Imis, pemilik perahu kelotok yang akan mengantarkan saya ke pasar terapung, perahunya panjang dan sederhana serta tidak ada penutup. Saat saya naik keatas perahu, perahunya oleng kekiri dan kekanan, jadi saya harus menyeimbangkan badan serta berhati hati melangkah ke tempat duduk ditengah perahu.

Tidak lama terdengar suara mesin meraung memecah keheningan pagi  dan perahu boat kami mulai berjalan, angin pagi yang sejuk menerpa muka saya. Langit masih gelap. Lampu-lampu rumah yang terletak di pinggir kiri kanan sungai masih menyala, terlihat seperti kelip-kelip kecil dikejauhan.



Kami melewati beberapa jembatan, suara mesin motor perahu kami terdengar lebih kencang setiap kali melewati bawah jembatan, karena  bergaung terpantul dibeton penyangga jembatan. 

Suasana pagi itu masih tenang, berkabut dan dingin, untungnya saya pakai Jaket jadi bisa terhindar dari dinginnya pagi. Perahu kami mulai meninggalkan keramaian kota. Langit mulai terang, walau matahari masih belum terlihat. Perahu kami beberapa kali berpapasan dengan perahu lain yang sama-sama menyusuri sungai.



Makin lama berjalan, makin terlihat aktivitas dipagi hari orang-orang yang tinggal di pinggiran sungai. mereka mandi, sikat gigi, mencuci baju dan lain-lain yang semuanya menggunakan air dari sungai Martapura.



Matahari mulai terbit. Langit mulai terang, dan segala sesuatunya mulai terlihat jelas, walau masih terhalang oleh samar-samarnya kabut.




Dipinggiran terlihat satu-dua perahu kecil yang membawa hasil bumi untuk dijual, mereka semua menuju lokasi pasar terapung Lok Baintan.



Setelah berjalan sekitar hampir 1 jam menelusuri  sungai Martapura, sampailah kami di Pelabuhan Lok Baintan.  Disitu telah ramai para pedagang menjajakan barang dagangannya berupa buah-buahan, sayuran, beras, hasil bumi dan lain-lain.



Ada juga pedagang yang menjajakan jajanan kecil seperti kue-kue yang dimasak diatas perahu, serta ada juga perahu yang menjual soto banjar, walau terlihat sangat padat, namun perahu mereka terlihat lincah bergerak kesana kemari.



Karena sudah lapar karena belum sarapan pagi, akhirnya saya mencoba soto banjar, rasanya lumayan enak (mungkin karena sudah laper..) dan membeli kue cemilan. Harga semangkuk soto banjar Rp10.000,-. bisa pilih mau menggunakan ketupat atau menggunakan nasi putih.



Diantara sesama pedagang ada juga yang menjual dengan cara membarter barang, besaran dan jumlah hasil barter tergantung kesepakatan antar kedua belah pihak, biasanya yang dibarter adalah sayur mayur dan buah-buahan.


Sambil memfoto-foto, saya juga belihat beberapa turis asing dan turis lokal yang datang berkunjung melihat aktivitas di pasar terapung ini.


Pasar terapung ini mulai ramai dari jam 7 Pagi sampai jam 9 pagi, sebenarnya ada 2 lokasi pasar terapung: di Lok Baintan (sungai Martapura) dan ada pula di Muara Kuin (lokasinya dimuara sungai Barito), namun pasar terapung yang di Kuin kini sudah mulai punah karena sarana didaratnya sudah diperbaiki. Saat ini jumlah pedagang yang berdagang diatas perahu semakin sedikit jumlahnya dikarenakan sudah ada pasar yang terletak di darat.

Waktu sudah menunjukan hampir pukul 9 Pagi, matahari mulai terasa terik. Puas melihat-lihat dan sudah kenyang makan, saya akhirnya minta diantar kembali ke kota dengan kembali menyusuri sungai.

Berakhirlah perjalanan saya di Lok Baintan, walau cukup singkat tapi meninggalkan kesan yang mendalam bagi saya, semoga pasar terapung ini tetap dijaga kelestariannya oleh Pemerintah Daerah dan suatu saat saya bisa kembali kesini dengan mengajak anak dan cucu saya.

========================


Informasi:

Naik perahu kelotok bisa menunggu di depan kantor Walikota harganya variasi tergantung jumlah orang, biasanya sekitar 250rb/ perahu. Namun jika jumlah orangnya sedikit harganya bisa ditawar. Jika hanya pergi berdua bisa contact Pak Imis di no telp: 0852-48280261, harganya fix Rp 150.000,- biasanya harus ditelp minimal 1 hari sebelumnya.