Saat saya ada di Padang, saya menyempatkan diri untuk
mengunjungi Bukittinggi. Jarak dari kota Padang ke Bukittinggi adalah 91 km,
saya pergi ke Bukittinggi dengan menggunakan Bis dari travel AWR, per orang
dikenakan ongkos Rp30.000,-/sekali jalan, ticket bus ini juga bisa dipesan melalui telpon, jadi jika tidak sempat datang ke kantor perwakilan. cukup menelpon, nanti bisa langsung dijemput di lokasi yang sudah ditentukan.
Saya berangkat jam 10 Pagi dari hotel, perjalanan ke
Bukittinggi memakan waktu sekitar 4 jam, hal ini dikarenakan ada rute yang
dilewati terjadi longsor, jadi perjalanan agak terhambat.
Disepanjang jalan saya banyak melihat pedagang yang
menjajakan buah durian, mungkin sedang musim, tapi bus saya tidak berhenti
sebelum sampai di Bukittinggi, dan cuaca sangat sejuk, mungkin karena wilayah
ini terletak di dataran tinggi.
Lembah Anai
Ditengah-tengah jalan, bus saya melewati Lembah Anai, Lembah Anai merupakan deretan
tebing yang curam yang terletak di Padang Panjang. Tempat ini merupakan salah
satu tempat wisata, karena tempatnya
indah dan terdapat air terjun yang letaknya persis di pinggir jalan.
Note: Foto diambil dari Google
Dari jalan juga dapat melihat aliran sungai yang terdapat
disamping jalan. Suasana disini sejuk dan penuh dengan rimbunnya pepohonan.
Namun di daerah ini juga sering terjadi longsor, bus saya pun jalan perlahan dan
beberapa kali berhenti karena ada pembatasan jalan untuk kendaraan yang lalu
lalang di jalan tersebut.
Akses jalan di depan air terjun Lembah Anai pada bulan Maret
2010 yang lalu pernah terjadi longsor, sehingga akses jalan Padang dan
Bukittinggi terputus selama seminggu.
Taman Panorama Ngarai
Sianok
Sampai di Bukittinggi
dekat perapatan , waktu sudah menunjukan pukul 2 siang. Saya turun dari Bus dan
menumpang ojek menuju Ngarai Sianok, kira-kira jaraknya sekitar 1 km jika dari
perempatan Jam Gadang.
Masuk ke tempat wisata ini dikenakan tarif Rp 5.000,- per orang,
dan memang pemandangan di sini sangat luar biasa.
Ngarai Sianok ini adalah lembah yang benbentuk jurang yang
dalamnya sekitar 100m, membentang sepanjang 15 km dengan lebar sekitar 200 m,
dengan dinding yang curam bahkan tegak lurus membuat Ngarai Sianok memiliki
pemandangan yang indah dan menjadi salah satu objek wisata utama Bukittinggi.
Lubang Jepang
Masih di Taman Panorama Ngarai Sianok, ternyata ada tangga jalan
menuju ke bawah, di tempat tersebut terdapat lubang bekas sisa peninggalan
Jepang pada saat perang.
Lubang ini didirikan dari tahun 1942-1945 oleh
penduduk-penduduk sekitar yang dipekerjakan secara paksa oleh serdadu Jepang.
Di dalam lorong bawah tanah sepanjang 1,47 km ini, terdapat 21 lorong kecil
yang sebelumnya menjadi lorong-lorong untuk keperluan benteng pertahanan,
seperti lorong penyimpanan amunisi, bilik serdadu militer Jepang, ruang rapat,
ruang makan romusa, dapur, penjara, ruang sidang, ruang penyiksaan, tempat
pengintaian, tempat penyergapan, dan pintu pelarian.
Setelah ditemukan dan dipugar, diameter lorong sekarang
berukuran 3-4 meter dan sudah dilengkapi dengan lampu neon di berbagai sudut
dan sisi. Namun, dindingnya tidak mengalami perubahan. Dinding batunya
bersekat-sekat yang dulu bertujuan untuk meredam suara (echo) agar tidak
terdengar keluar. Guratan-guratan pukulan paksa dengan benda agak tajam pun
masih terekam di sejumlah dindingnya.
Konon, oleh Jepang, para tawanan
Indonesia dipaksa menembus bebatuan Ngarai Sianok hanya dengan cangkul dan
benda tajam lainnya.
Untuk masuk ke tempat ini jika ingin didampingi pemandu,
cukup bayar Rp 20.000,-
Jam Gadang
Obyek wisata yang paling terkenal di Bukittinggi adalah Jam
Gadang, ikon ini menjadi Landmark kota Bukittinggi.
Jam Gadang dibangun
pada tahun 1926 oleh arsitek Yazin dan Sutan Gigi Ameh. Peletakan batu pertama
jam ini dilakukan putra pertama Rook Maker yang saat itu masih berumur 6 tahun.
Jam ini merupakan hadiah dari Ratu Belanda kepada Controleur (Sekretaris Kota).
Tinggi bangunan jam
tersebut 26m. bentuknya jam berwujud bulat dengan diameter 80 sentimeter, di
topang basement dasar seukuran
13 x 4 meter,bentuknya seperti Tugu atau Monumen. Oleh karena ukuran jam yang
lain dari kebiasaan ini, Sebutan Jam Gadang sendiri menurut penduduk setempat artinya
jam besar.
Jam Gadang dibangun tanpa menggunakan besi peyangga dan
adukan semen. Campurannya hanya kapur,
putih telur, dan pasir putih. Keunikan lain dari Jam Gadang sendiri adalah pada
kesalahan penulisan angka romawi empat (IV) pada masing-masing jam yang
tertulis IIII.
Tempat disekitar jam gadang juga diperluas menjadi taman,
sehingga bisa digunakan untuk acara-acara yang bersifat umum.
Puas melihat-lihat, akhirnya saya kembali ke tempat pertama
saya turun dari bus, untuk menunggu bus tersebut menjemput saya untuk kembali
ke Kota Padang.
============================
Referensi:
AWR
Travel
(0751) 37 - 337, (0751) 812 - 508
Jl. Veteran No. 19
Olo Ladang
Padang
Olo Ladang
Padang