Setelah malam sebelumnya berdiskusi dengan rekan-rekan seperjalanan untuk wisata mana yang akan dikunjungi selanjutnya, maka pagi ini setelah bersiap-siap, saya langsung berangkat menuju TKP, Berangkaaaatttt…..
Destinasi pertama adalah Pura Taman Ayun.
Pura Taman Ayun yang berarti “taman yang cantik” ini terletak di desa Mengwi, Badung. Pura Taman Ayun ini dibuat pada tahun 1634 oleh raja Mengwi saat itu, yaitu I Gusti Agung Putu. Sepanjang perjalanan menuju ke tempat ini melewati banyak tempat menjual seni kerajinan dari kerajinan batik, perak, maupun patung dari batu.
Setelah membayar ticket masuk Rp5.000,- per orang, saya masuk dan berkeliling, sesuai dengan namanya, pura ini memang indah.
Setelah puas berkeliling, perjalanan dilanjutkan lagi kali ini menuju ke Bedugul, tapi sebelum sampai di Bedugul, saya mampir di perkebunan kopi luwak, penasaran pengen nyobain apa sih keistimewaannya..
Jalan masuk ke perkebunan sangat rindang, di sebelah kanan kiri jalan penuh dengan pohon kopi dan cokelat, aduuhhh karena ga boleh dipetik, jadi cuma difoto-foto aja dech..
Sebelum nyobain kopi-nya dikasih lihat cara pengolahan kopi secara tradisional, jadi ceritanya kalo jaman dulu, setelah biji kopi dipetik, harus dijemur dulu sampai kering,
baru di masak di kuali (disangrai) sampai warnanya coklat, lalu baru ditumbuk jadi kopi bubuk.
Sebelum mencicipi kopi saya melewati sangkar luwak (musang), ternyata luwaknya memang sengaja dipelihara, setelah makan biji kopi yang benar-benar masak, kotoran luwak ditampung dan diolah menjadi kopi luwak. Jenis kopi ini menjadi kopi andalan dan harganya terkenal memang paling muahal…
Sesampainya di gubuk-gubuk kecil, saya disuguhkan beberapa minuman, dari kopi, kopi susu, lemon tea, teh jahe dan minuman cokelat panas…, lho mana kopi luwaknya..??
Ternyata karena kopi luwaknya mahal, maka untuk nyobain dikenakan biaya Rp 40.000,- per cangkir… (hik mahal ya.., bias dapat berapa sachet kopi biasa tuh..), tapi berhubung udah sampai.., jadi ya sekalian dech nyobain..
Secara rasa, kopi luwak memang agak beda dari kopi biasa, aroma kopi luwak lebih kuat, Hmmm..., haruuuummmm..., seruputnya kopinya dikit-dikit, bukan karena dinikmati, tapi karena panas.... ^_^'
Setelah puas nyobain kopi, waktu sudah menunjukan hampir jam makan siang, jadi saya mampir di restoran Babi Guling untuk nyobain kuliner yang satu ini.
Ini bentuk babi guling yang masih utuh
Seporsi babi guling lengkap dengan kuah, harganya Rp 12.000,- lumayan dech cukup mengenyangkan perut.
Selesai makan, perjalanan dilanjutkan ke Bedugul.
Jalan menuju Bedugul lumayan berkelok-kelok, karena terletak di pegunungan, udaranya pun sejuk serta disuguhi pemandangan rice terrace yang sangat indah.
Bedugul terletak di kabupaten Tabanan, mempunyai obyek wisata danau baratan, serta ada pura yang terletak di danau yang hanya bias diakses jika airnya surut atau jika ada upacara agama.
Setelah dari Bedugul, perjalanan lanjut ke monkey forest Alas Kedaton.
Alas Kedaton merupakan pura yang dikelilingi oleh hutan (alas) dengan kera2 keramat ini berlokasi di kecamatan Marga 4 km dari kota Tabanan. saat memasuki area ini, terlihat beberapa pemandu yang siap menemani kita berkeliling (gratis).
Sembari berbekal kacang buat para kera, saya berjalan mengitari Pura. Kera-kera disini penciumannya sangat tajam sampai-sampai kacang yang disembunyikan pun bisa tercium dan coba untuk diambil, kera-kera disini tidak akan menggigit jika tidak diganggu.
Selain kera-kera, disini juga terdapat kelelawar yang tinggal di pohon-pohon hutan. Untuk wisatawan yang ingin berfoto dengan kelelawar, ada juga beberapa kelelawar yang jinak, cukup membayar Rp15.000,-
Untuk wisatawan yang mau berfoto dengan ular piton yang sudah jinak juga ada, untuk berfoto dengan ular piton ini dikenakan biaya Rp30.000,-
Saya sempat berfoto dengan ular piton ini, sewaktu saya memegang ular tersebut, kumpulan monyet-monyet yang sebelumnya mendekat mau minta kacang pada berteriak-teriak dan menjauh, ternyata monyet bisa takut juga ya..??
Setelah puas melihat-lihat monyet, berhubung hari mulai menjelang sore, maka perjalanan dilanjutkan ke Tanah Lot untuk melihat sunset.
Obyek wisata tanah lot terletak di Desa Beraban Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan, sekitar 13 km barat Tabanan. Disebelah utara Pura Tanah Lot terdapat dua pura yang terletak di atas tebing yang menjorok ke laut. Tebing ini menghubungkan pura dengan daratan dan berbentuk seperti jembatan (melengkung). Tanah Lot terkenal sebagai tempat yang indah untuk melihat matahari terbenam (sunset), turis-turis biasanya ramai pada sore hari untuk melihat keindahan sunset di sini.
Menurut legenda, pura ini dibangun oleh seorang brahmana yang mengembara dari Jawa. Ia adalah Danghyang Nirartha yang berhasil menguatkan kepercayaan penduduk Bali akan ajaran Hindu dan membangun Sad Kahyangan tersebut pada abad ke-16. Pada saat itu penguasa Tanah Lot, Bendesa Beraben, iri terhadap beliau karena para pengikutnya mulai meninggalkannya dan mengikuti Danghyang Nirartha. Bendesa Beraben menyuruh Danghyang Nirartha untuk meninggalkan Tanah Lot. Ia menyanggupi dan sebelum meninggalkan Tanah Lot beliau dengan kekuatannya memindahkan Bongkahan Batu ke tengah pantai (bukan ke tengah laut) dan membangun pura disana. Ia juga mengubah selendangnya menjadi ular penjaga pura. Ular ini masih ada sampai sekarang dan secara ilmiah ular ini termasuk jenis ular laut yang mempunyai ciri-ciri berekor pipih seperti ikan,
warna hitam berbelang kuning dan mempunyai racun 3 kali lebih kuat dari ular cobra. Akhir dari legenda menyebutkan bahwa Bendesa Beraben 'akhirnya' menjadi pengikut Danghyang Nirartha.
Sepanjang perjalanan dari tempat parkir menuju ke area pura banyak dijumpai art shop dan warung makan atau sekedar kedai minuman. Juga tersedia toilet bersih yang harga sewanya cukup murah untuk kantong wisatawan domestik sekalipun.
Dikarang tepat di bawah pura terdapat tempat pengambilan air suci, dimana kita bisa minum dan mencuci muka sambil meminta permohonan, katannya manjur looohh...
Setelah puas berkeliling dan foto-foto, saya kembali ke hotel.
Setelah beristirahat sejenak, saya keluar untuk cari malan malam, kali ini saya mencoba wisata kuliner Pizza Volcano di Papa’s Café, kuta, setelah sebelumnya sempat dicari-cari dan gagal, karena tidak tahu alamatnya, kali ini setelah banyak browsing dan tanya sana-sini, ketemu juga tempatnya….
Menu favorit yang ditawarkan di restoran ini antara lain Volcano Pizza dengan 3 pilihan topping untuk Fujiyama Volcano Pizza terdiri dari aneka seafood seperti squid, prawn, tuna dan crab meat. Sedangkan untuk Kintamani Volcano Pizza terdiri dari beef, sausage, pepperoni dan beef salami. Dan pizza dengan campuran antara keduanya, beef dan seafood.
Penyajian pizza ini sangat unik, bentuknya besar dengan diameter ± 30 cm dan berbentuk setengah bola, sebelum disajikan, tepat dipuncaknya ketika disiram satu slot minuman beralkohol dan dinyalakan api di tempat bekas siraman tadi sajiannya persis seakan-akan sebuah gunung berapi sedang meletus di depan Anda. Sewaktu masih menyala, pelayan langsung cepat-cepat memotong pizza ini sebelum apinya benar-benar padam, setelah permukaan atasnya dipotong, barulah terlihat wujud asli pizza-nya.
Saya juga memesan minuman martini with ice, Cuma segelas sih ga bikin mabok…, secara keseluruhan suasana cafenya cukup oke, apalagi sambil diiringi live music.
Setelah kenyang makan, saya jalan kembali ke hotel untuk beristirahat dan beres-beres koper untuk persiapan besok terbang kembali ke Jakarta untuk menjalani aktivitas rutin.
Referensi:
Papa’s Café
Jl. Pantai Kuta- Bali 80361
Telp: 0361-755055
Note: ada beberapa foto yang saya tampilkan disini merupakah hasil googling dari mbah google.
Destinasi pertama adalah Pura Taman Ayun.
Pura Taman Ayun yang berarti “taman yang cantik” ini terletak di desa Mengwi, Badung. Pura Taman Ayun ini dibuat pada tahun 1634 oleh raja Mengwi saat itu, yaitu I Gusti Agung Putu. Sepanjang perjalanan menuju ke tempat ini melewati banyak tempat menjual seni kerajinan dari kerajinan batik, perak, maupun patung dari batu.
Setelah membayar ticket masuk Rp5.000,- per orang, saya masuk dan berkeliling, sesuai dengan namanya, pura ini memang indah.
Setelah puas berkeliling, perjalanan dilanjutkan lagi kali ini menuju ke Bedugul, tapi sebelum sampai di Bedugul, saya mampir di perkebunan kopi luwak, penasaran pengen nyobain apa sih keistimewaannya..
Jalan masuk ke perkebunan sangat rindang, di sebelah kanan kiri jalan penuh dengan pohon kopi dan cokelat, aduuhhh karena ga boleh dipetik, jadi cuma difoto-foto aja dech..
Sebelum nyobain kopi-nya dikasih lihat cara pengolahan kopi secara tradisional, jadi ceritanya kalo jaman dulu, setelah biji kopi dipetik, harus dijemur dulu sampai kering,
baru di masak di kuali (disangrai) sampai warnanya coklat, lalu baru ditumbuk jadi kopi bubuk.
Sebelum mencicipi kopi saya melewati sangkar luwak (musang), ternyata luwaknya memang sengaja dipelihara, setelah makan biji kopi yang benar-benar masak, kotoran luwak ditampung dan diolah menjadi kopi luwak. Jenis kopi ini menjadi kopi andalan dan harganya terkenal memang paling muahal…
Sesampainya di gubuk-gubuk kecil, saya disuguhkan beberapa minuman, dari kopi, kopi susu, lemon tea, teh jahe dan minuman cokelat panas…, lho mana kopi luwaknya..??
Ternyata karena kopi luwaknya mahal, maka untuk nyobain dikenakan biaya Rp 40.000,- per cangkir… (hik mahal ya.., bias dapat berapa sachet kopi biasa tuh..), tapi berhubung udah sampai.., jadi ya sekalian dech nyobain..
Secara rasa, kopi luwak memang agak beda dari kopi biasa, aroma kopi luwak lebih kuat, Hmmm..., haruuuummmm..., seruputnya kopinya dikit-dikit, bukan karena dinikmati, tapi karena panas.... ^_^'
Setelah puas nyobain kopi, waktu sudah menunjukan hampir jam makan siang, jadi saya mampir di restoran Babi Guling untuk nyobain kuliner yang satu ini.
Ini bentuk babi guling yang masih utuh
Seporsi babi guling lengkap dengan kuah, harganya Rp 12.000,- lumayan dech cukup mengenyangkan perut.
Selesai makan, perjalanan dilanjutkan ke Bedugul.
Jalan menuju Bedugul lumayan berkelok-kelok, karena terletak di pegunungan, udaranya pun sejuk serta disuguhi pemandangan rice terrace yang sangat indah.
Bedugul terletak di kabupaten Tabanan, mempunyai obyek wisata danau baratan, serta ada pura yang terletak di danau yang hanya bias diakses jika airnya surut atau jika ada upacara agama.
Setelah dari Bedugul, perjalanan lanjut ke monkey forest Alas Kedaton.
Alas Kedaton merupakan pura yang dikelilingi oleh hutan (alas) dengan kera2 keramat ini berlokasi di kecamatan Marga 4 km dari kota Tabanan. saat memasuki area ini, terlihat beberapa pemandu yang siap menemani kita berkeliling (gratis).
Sembari berbekal kacang buat para kera, saya berjalan mengitari Pura. Kera-kera disini penciumannya sangat tajam sampai-sampai kacang yang disembunyikan pun bisa tercium dan coba untuk diambil, kera-kera disini tidak akan menggigit jika tidak diganggu.
Selain kera-kera, disini juga terdapat kelelawar yang tinggal di pohon-pohon hutan. Untuk wisatawan yang ingin berfoto dengan kelelawar, ada juga beberapa kelelawar yang jinak, cukup membayar Rp15.000,-
Untuk wisatawan yang mau berfoto dengan ular piton yang sudah jinak juga ada, untuk berfoto dengan ular piton ini dikenakan biaya Rp30.000,-
Saya sempat berfoto dengan ular piton ini, sewaktu saya memegang ular tersebut, kumpulan monyet-monyet yang sebelumnya mendekat mau minta kacang pada berteriak-teriak dan menjauh, ternyata monyet bisa takut juga ya..??
Setelah puas melihat-lihat monyet, berhubung hari mulai menjelang sore, maka perjalanan dilanjutkan ke Tanah Lot untuk melihat sunset.
Obyek wisata tanah lot terletak di Desa Beraban Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan, sekitar 13 km barat Tabanan. Disebelah utara Pura Tanah Lot terdapat dua pura yang terletak di atas tebing yang menjorok ke laut. Tebing ini menghubungkan pura dengan daratan dan berbentuk seperti jembatan (melengkung). Tanah Lot terkenal sebagai tempat yang indah untuk melihat matahari terbenam (sunset), turis-turis biasanya ramai pada sore hari untuk melihat keindahan sunset di sini.
Menurut legenda, pura ini dibangun oleh seorang brahmana yang mengembara dari Jawa. Ia adalah Danghyang Nirartha yang berhasil menguatkan kepercayaan penduduk Bali akan ajaran Hindu dan membangun Sad Kahyangan tersebut pada abad ke-16. Pada saat itu penguasa Tanah Lot, Bendesa Beraben, iri terhadap beliau karena para pengikutnya mulai meninggalkannya dan mengikuti Danghyang Nirartha. Bendesa Beraben menyuruh Danghyang Nirartha untuk meninggalkan Tanah Lot. Ia menyanggupi dan sebelum meninggalkan Tanah Lot beliau dengan kekuatannya memindahkan Bongkahan Batu ke tengah pantai (bukan ke tengah laut) dan membangun pura disana. Ia juga mengubah selendangnya menjadi ular penjaga pura. Ular ini masih ada sampai sekarang dan secara ilmiah ular ini termasuk jenis ular laut yang mempunyai ciri-ciri berekor pipih seperti ikan,
warna hitam berbelang kuning dan mempunyai racun 3 kali lebih kuat dari ular cobra. Akhir dari legenda menyebutkan bahwa Bendesa Beraben 'akhirnya' menjadi pengikut Danghyang Nirartha.
Sepanjang perjalanan dari tempat parkir menuju ke area pura banyak dijumpai art shop dan warung makan atau sekedar kedai minuman. Juga tersedia toilet bersih yang harga sewanya cukup murah untuk kantong wisatawan domestik sekalipun.
Dikarang tepat di bawah pura terdapat tempat pengambilan air suci, dimana kita bisa minum dan mencuci muka sambil meminta permohonan, katannya manjur looohh...
Setelah puas berkeliling dan foto-foto, saya kembali ke hotel.
Setelah beristirahat sejenak, saya keluar untuk cari malan malam, kali ini saya mencoba wisata kuliner Pizza Volcano di Papa’s Café, kuta, setelah sebelumnya sempat dicari-cari dan gagal, karena tidak tahu alamatnya, kali ini setelah banyak browsing dan tanya sana-sini, ketemu juga tempatnya….
Menu favorit yang ditawarkan di restoran ini antara lain Volcano Pizza dengan 3 pilihan topping untuk Fujiyama Volcano Pizza terdiri dari aneka seafood seperti squid, prawn, tuna dan crab meat. Sedangkan untuk Kintamani Volcano Pizza terdiri dari beef, sausage, pepperoni dan beef salami. Dan pizza dengan campuran antara keduanya, beef dan seafood.
Penyajian pizza ini sangat unik, bentuknya besar dengan diameter ± 30 cm dan berbentuk setengah bola, sebelum disajikan, tepat dipuncaknya ketika disiram satu slot minuman beralkohol dan dinyalakan api di tempat bekas siraman tadi sajiannya persis seakan-akan sebuah gunung berapi sedang meletus di depan Anda. Sewaktu masih menyala, pelayan langsung cepat-cepat memotong pizza ini sebelum apinya benar-benar padam, setelah permukaan atasnya dipotong, barulah terlihat wujud asli pizza-nya.
Saya juga memesan minuman martini with ice, Cuma segelas sih ga bikin mabok…, secara keseluruhan suasana cafenya cukup oke, apalagi sambil diiringi live music.
Setelah kenyang makan, saya jalan kembali ke hotel untuk beristirahat dan beres-beres koper untuk persiapan besok terbang kembali ke Jakarta untuk menjalani aktivitas rutin.
Referensi:
Papa’s Café
Jl. Pantai Kuta- Bali 80361
Telp: 0361-755055
Note: ada beberapa foto yang saya tampilkan disini merupakah hasil googling dari mbah google.