Day 6
Pagi-pagi, jam 7:30 saya dijemput untuk diantar ke shuttle bus untuk ke Phnom Penh, perjalanan ke memakan waktu 7 jam, dan ketika sampai di Phnom Penh jam 1:30 siang, karena sudah melewati jam makan siang, jadi saya langsung diantar ke restoran untuk makan siang
Setelah selesai makan siang, saya diantar ke hotel untuk check in dan menaruh barang, lalu memulai perjalanan ke Central Market untuk berbelanja.. (Ayo boroooongggg......, kalap mode: ON)
Setelah itu lanjut perjalanan ke luar kota Phnom Penh menuju ke Choeung Ek- The Killing Fields (tempat penguburan masal jaman Rezim Pol Pot) dari tahun 1975-1979 dengan menempuh perjalanan sekitar 1,5 jam.
Sampai di tempat ini sekitar jam 17:30, aslinya tempat ini sudah ditutup jam 17:00, tapi saya masih di perbolehkan masuk, jadi tempatnya sudah sepi dari turis.
Kesan pertama sampai di monument Cheoung Ek ini adalah perasaan Merinding…, apalagi setelah monumentnya terlihat dari dekat, didalam monument tersebut tersimpan sekitar 5000 kepala tengkorak manusia “ASLI”, dan dibagian bawah terdapat sisa-sisa dari pakaian terakhir korban pembantaian.
Pada masa rezim pemerintahan Perdana Mentri Pol Pot, total penduduk Kamboja awalnya 8 juta orang, namun selama periode 1975-1979, penduduk Kamboja berkurang sebanyak 1.7juta -2.5juta orang (sumber wikipedia), jumlah tersebut masih belum pasti, karena mungkin masih ada kuburan masal yang belum terungkap.
Choeung Ek, yang awalnya lokasi pemakaman warga Tionghoa, berada di kawasan seluas sekitar 2,5 hektare. Sebetulnya, "ladang pembantaian" Choeung Ek berada di sebuah lahan terbuka yang sangat luas. Tetapi setelah dilakukan penggalian kuburan massal, Pemerintah Kamboja menetapkan bahwa ladang pembantaian itu berada di lokasi seluas 2,5 hektare. Setelah jatuhnya rezim Pol Pot pada 1979, ada 86 dari total 129 kuburan massal di Choeung Ek berhasil digali. Sebanyak 8.985 mayat ditemukan di lokasi kuburan massal tersebut.
Pemandu wisata kami, menyebutkan ada sekitar 20.000 orang dieksekusi di situ. "Sebagian besar korban yang dieksekusi adalah dokter, pengacara, insinyur, guru, diplomat tinggi, serta kalangan profesional lain," kata Kosal, lulusan Cambodia Mekong University. Mereka yang dieksekusi umumnya pernah bekerja di bawah rezim Lon Nol, yakni pemerintah dukungan AS, tetapi dikenal sangat buruk dan korup. Tanpa pandang bulu, mereka yang diketahui punya ide dan pandangan politik berbeda dengan Pol Pot, ditangkap dan dieksekusi. Penangkapan bahkan kerap terjadi pada orang yang hanya karena berpenampilan intelektual, antara lain dapat berbahasa asing, punya telapak tangan halus, berkaca mata, serta bermata pencarian bukan buruh, petani, atau pekerjaan-pekerjaan kasar lain.
Dibelakang dari Monumen terdapat beberapa galian tempat kuburan masal, termasuk kuburan masal wanita dan anak-anak.
Ditempat ini anak-anak dibunuh dengan cara memegang kaki dan menghantamkan kepalanya ke batang pohon, lalu mayatnya dikubur masal.. (My God…..!!!, gak kebayang sadisnya….)
Choeung Ek, yang awalnya lokasi pemakaman warga Tionghoa, berada di kawasan seluas sekitar 2,5 hektare. Sebetulnya, "ladang pembantaian" Choeung Ek berada di sebuah lahan terbuka yang sangat luas. Tetapi setelah dilakukan penggalian kuburan massal, Pemerintah Kamboja menetapkan bahwa ladang pembantaian itu berada di lokasi seluas 2,5 hektare. Setelah jatuhnya rezim Pol Pot pada 1979, ada 86 dari total 129 kuburan massal di Choeung Ek berhasil digali. Sebanyak 8.985 mayat ditemukan di lokasi kuburan massal tersebut. (Bagi yang kuat iman boleh dech nyoba ngiap disini.., gratis..., asal kuat lihat penampakan-penampakan.. hehehe).
Karena waktu sudah semakin sore, saya kembali ke Phnom Penh untuk makan malam. Selama perjalanan, saya melihat buruh yang baru pulang dari Pabrik dengan menumpang mobil bak terbuka.
Sampai di kota Phnom Penh waktu sudah menunjukan pukul 20:00 malam, langsung menuju restoran untuk makan malam.
Setelah itu kembali ke hotel , udah kenyang.., pengennya langsung tidur…..