Join my personal BBM Channel C000E9700

Senin, 12 Maret 2012

Trip to Jayapura


Ini adalah pertama kalinya saya ke Jayapura. Jayapura  merupakan ibukota propinsi Papua dimana merupakan ibukota propinsi yang terletak paling timur di Indonesia.

Perjalanan ke Papua menempuh waktu sekitar 6.5 jam dari Jakarta, Pesawat saya mulai berangkat Jam 11 malam, sekitar jam 2 pagi sempat transit sebentar di Makassar lalu lanjut dan mendarat di Bandara Sentani Jayapura sekitar jam 7 Pagi.

Pemandangan Danau Sentani dari udara memang sangat mengagumkan, danau ini merupakan danau terbesar di Papua dengan luas sekitar 9.360 hektar. Danau ini memiliki pulau-pulau kecil dan arti kata Sentani adalah “Disini kami tinggal dengan damai”

Pemandangan di sekitar Danau Sentani




Bandara Sentani, Jayapura




Ada pemandangan yang unik dibandara ini dan saya rasa tidak ditemui  di bandara lain…



Orang-orang di Papua gemar mengunyah Pinang, oleh karena itu tidak heran para penjual pinang ini mudah ditemui dimana-mana.


Dari Sentani, saya naik mobil menuju kota Jayapura, perjalanannya memakan waktu sekitar 1,5jam (jika macet bisa 2 jam).
Sepanjang perjalanan disuguhi pemandangan danau dan pegunungan. Kota Jayapura sendiri berada di dekat laut dimana berhadapan langsung dengan laut Pasifik.



Kota Jayapura sendiri sudah modern dan sudah banyak mobil-mobil type baru berseliweran, berbeda jauh dengan yang biasa saya lihat di TV dimana orang-orangnya masih memakai pakaian adat dengan kotekanya. Penduduknya sendiri sudah beragam dan sudah banyak pendatang dari daerah Makassar dan Manado.


 
Hal pertama yang saya lakukan sesampainya di Jayapura adalah mencari makanan khas yaitu Papeda (bubur sagu), tapi ternyata hal ini tidak gampang, dan bahkan ketika saya bertanya dengan orang setempat pun tidak ada yang tahu dimana tempat rumah makan yang menjual karena kabanyakan untuk konsumsi rumahan.  Akhirnya pilihan makan siang jatuh pada KFC.. (duh.., jauh-jauh ke Papua makannya KFC).
Biaya hidup di kota ini termasuk mahal, termasuk juga makanannya, perbandingan antara KFC di Jakarta dengan di Papua harganya selisih jauh.., hahaha…

Baru pas malamnya saya diantar ke salah satu Café yang menyediakan masakan Papeda.. (Whiiih makan Papeda di café loh….!)


Ketika pertama kali masakannya datang, saya sempat bingung bagaimana cara makannya?, ternyata menggunakan sumpit digulung dan ditaruh ke piring yang sebelumnya dikasih kuah yang banyak supaya tidak lengket.

Rasanya seperti apa sih…?, hmmm… lengket.. hehehehe, tapi terbantu dengan adanya kuah kaldu ikan yang dimasak dengan belimbing sayur, jadi rasanya asam segar…, Walau ngambil papedanya sedikit tapi cukup mengenyangkan menurut saya.

Keesokan harinya saya pergi mencari souvenir, Apa sih souvenir khas Papua kalo bukan Koteka…!, setelah bertanya-tanya saya ditunjukan jalan untuk naik angkot warna hijau yang melewati rute ke Jalan Hamadi dan turun di depan Pengadaian.
Sampai disana ternyata ada beberapa toko yang berjejer menjual berbagai macam souvenir khas Papua







Puas berbelanja, saya kembali pulang ke Hotel. Saya juga sempat berjalan-jalan di Pasar Mama Mama Papua karena lokasinya berdekatan dengan hotel tempat saya menginap, disana saya temukan banyak yang menjual ikan Asar untuk cemilan.., biasanya ikan yang digunakan adalah ikan ekor kuning dan ikan cakalang yang dibakar menggunakan bara (mirip kaya ikan asap).


Sebelum dibakar, ikan ini dilumuri jeruk nipis dan dibakar begitu saja tanpa bumbu, rasanya gurih dan harum.



Malam harinya saya diajak makan seafood di pinggir laut, dari sana terlihat pemandangan kelap kelip kota Jayapura


Puas makan saatnya mencari buah pencuci mulut, kebetulan di pingir jalan ada pedagang yang menjual buah khas Papua yaitu Matoa




Rasa buahnya manis dan teksturnya mirip seperti buah lengkeng serta ada sedikit rasa durian.
Menurut penjualnya buah ini hanya panen 2 kali setahun, biasanya panen pertama habis di makan kelelawar, baru yang bisa diambil adalah panen ke dua.
 
Keesokan Paginya saya balik ke Airport Sentani, Diperjalanan, saya sempat singgah di Taman Budaya Propinsi Papua dimana letaknya sebelahan dengan museum adat Papua.
Di tempat ini ada bermacam-macam rumah adat dari seluruh Papua





Pemerintah setempat sepertinya sudah tidak merawat tempat wisata ini, sehingga akhirnya rumah-rumah adat tersebut dijadikan tempat tinggal oleh penduduk setempat.

Demikianlah akhir kunjungan saya di Jayapura, secara keseluruhan menurut saya kota ini sangat indah.., sebenarnya masih banyak tempat yang saya ingin kunjungi termasuk diantaranya perbatasan PNG (Papua New Guinea) namun berhubung waktunya sangat singkat, hal itu tidak bisa terlaksana, semoga lain waktu hal itu bisa terwujud.