Join my personal BBM Channel C000E9700

Jumat, 08 Juli 2011

Perjalanan ke Manado dan Tomohon

Perjalanan saya ke kota Manado memakan waktu 4 jam lamanya di pesawat, 3 jam jarak tempuh, dan 1 jam adalah waktu percepatan karena Manado termasuk Indonesia bagian Tengah.


Sesampainya di bandara Samratulangi, tertulis kata besar besar “Si Tou Timou Tumou Tou” Apa tuh artinya..??, akhirnya saya Tanya ke sopir Taxi yang mengantarkan saya, ternyata artinya: “Hidup untuk menghidupkan orang lain”. dalam bahasa Manado yang di populerkan oleh Sam Ratulangi.

Letak bandara ke pusat kota ternyata lumayan jauh, memakan waktu 1 jam perjalanan untuk sampai ke Hotel, keluar dari kawasan bandara, taxi saya berjalan di jalan besar, tapi ga lama kemudian, malah berbelok ke jalan kecil menuju ke hutan, sepanjang jalan yang terlihat hanyalah pepohonan hutan, lalu kuburan.., hutan lagi, trus kuburan.., jalannya juga naik turun.., busseeeetttttt…!!, ini mau ke pusat kota apa mau diculik sih..??, dalam hati sempat was-was juga, tapi untunglah akhirnya sampai juga di tempat tujuan…, kata sopir taxi-nya di Manado sedang langka pasokan bensin, sehingga terjadi antrian panjang dimana-mana, jadi untuk menghindari terjebak kemacetan akibat antrian bensin, maka yang dilewati adalah jalan alternative lain..
Sebenarnya kejadian ini juga saya lihat di beberapa kota lain, syukurlah di Jakarta pasokannya aman-aman saja.., semoga bisa segera dibenahi.

Perjalanan ke kota Manado dari bandara ini melewati patung Yesus Memberkati di perumahan Citra Raya Manado...

Patung ini juga menjadi simbol kota Manado



Kota Manado dikelilingi pemandangan gunung dan laut, kebetulan dari jendela kamar hotel saya semua pemandangan itu bisa terlihat.




Pariwisata andalan kota ini adalah Bunaken, yaitu taman laut nasional, berupa keindahan alam bawah laut. Pemandangan terumbu karang yang indah serta kumpulan ikan laut yang warna warni, menjadi daya tarik tersendiri tak cuma bagi turis lokal, tapi juga bagi turis mancanegara, dan merupakan surga bagi para penyelam.



Hotel saya menghadap ke laut, di sepanjang pinggir laut terdapat banyak warung-warung makan,.
Iseng-iseng saya menjelajahi wilayah sepanjang pinggir pantai, disana ternyata ada monumen ikan coelacanth (raja ikan)

Ternyata dulu di laut Manado, pernah ditangkap ikan jenis ini. Ikan ini termasuk jenis ikan purba yang saat ini keberadaannya sudah sangat langka.


Saat berjalan-jalan di pinggir karang, air lautnya sangat jernih dan berwarna biru, terlihat beberapa ikan kecil berenang-renang diantara batu-batu karang, serta tak sengaja, saya juga melihat ikan terbang (flying fish) melintas di perairan dekat karang, puas berjalan-jalan di pinggir laut, akhirnya saya kembali ke hotel.

Keesokan harinya saya berencana ke Tomohon, awalnya berniat pergi ala backpakers, tapi setelah mengetahui tampat-tempat wisata di Tomohon tidak dilalui kendaraan umum, akhirnya jalan-jalan ala backpakers batal, sebagai gantinya saya menyewa mobil Innova lengkap dengan sopir, karena saya tidak menguasai jalan, jadi pilih yang praktis.., untuk sewa mobil ini dikenakan Rp.350.000,- untuk perjalanan ke 3 tempat wisata di sekitar kota Tomohon.

Kota Tomohon berseberangan dengan kota Manado dan berada di balik gunung, jarak dari Manado ke Tomohon adalah 28 km, untuk sampai di kota Tomohon memakan waktu 1 jam, karena perjalanan dari Manado lumayan macet.

Sampai di kota Tomohon, langsung menuju Danau Linau yang jaraknya kurang lebih 4km dari pusat kota Tomohon.

Danau Linau ini terletak di tengah-tengah hutan pinus, pada saat masuk ke kawasan danau ini dikenakan biaya Rp. 25.000,- per orang, Danau ini terbentuk dari letusan gunung merapi, dimana karena banyaknya belerang di dasar danau, maka pada saat tertentu pantulan cahaya matahari menyebabkan biasan warna yang berbeda-beda di danau ini.
Sesampainya di Danau ini saya tidak henti-hentinya berdecak kagum, karena benar-benar sangat indah.., airnya terlihat tenang dengan pantulan warna-warna yang berbeda.., udaranya pun sejuk, dan dipinggir danau terdapat cafe kecil tempat untuk bersantai




Ticket masuk tadi ternyata bisa ditukarkan dengan secangkir kopi/ teh manis serta 2 potong kue sagu khas Manado


Sambil bersantai sejenak menghirup kopi dan memakan kue, saya menikmati suasana di tepi danau, segarnyaudara dan rimbunnya pepohonan pinus.



Setelah puas menikmati pemandangan danau linau, saya melanjutkan perjalanan menuju Danau Tondano.
Sepanjang perjalanan ke danau Tondano, ada hamparan gunung dan sawah yang terbentang luas.


Sesampainya saya di Danau Tondano, saya kagum, karena danaunya sangat luas, merupakan danau terluas di Sulawesi..


Saya juga diajak ke restoran yang terletak persis ditepi danau, di restoran tersebut dibudidayakan tambak ikan mas dan mujair, ikan-ikannya dari yang berukuran kecil, sampai yang seukuran paha manusia besarnya.


Puas berjalan-jalan di Danau Tondano, saya melanjutkan perjalanan ke Bukit Kasih. Di Bukit Kasih ini terdapat monumen. Bukit Kasih ini terletak sekitar 50 km arah selatan Manado, tepatnya di desa Kanonang.

Sampai di Bukit Kasih, waktu sudah menunjukan pukul 5 sore, dari kejauhan sudah tampak Salib besar diatas gunung.

Di bukit kasih terdapat monumen yang masing2 sisi mengambarkan tiap-tiap agama di Indonesia.



Di sisi-sisi gunung, masih terdapat banyak belerang yang masih berasap dan beberapa sumber air panas yang masih aktif, di warung2 bawah gunung dijajakan jagung atau telur yang di rebus langsung di kawah-kawah yang berisi air mendidih.


Mulanya Cuma mau foto-foto di delat anak tangga, tapi akhirnya benaran naik sampai ke tempat salib besar, tangganya lumayan curam dan melewati medan-medan yang sulit, total anak tangga yang harus didaki untuk sampai ke puncak Salib besar adalah 2435 anak tangga.., woow…
Baru naik sebentar saya sudah kehabisan nafas.., terpaksa sebentar-sebentar berhenti untuk beristirahat sejenak.


Semakin tinggi naik, tekanan udaranya semakin tipis, ditambah anak tangga diatas semakin curam, ngeri rasanya untuk melihat kebawah..
Sudah ¾ jalan yang dilalui menuju ke diatas, tangganya semakin tidak teratur karena banyak yang rusak, serta ada yang dari sela-sela bebatuan anak tangga yang mengeluarkan asap belerang, sewaktu diinjak pun batunya terasa panas.., semak belukar pun tumbuh kelebat di kanan dan kiri tangga



Selama mendaki, keringat tak henti-hentinya menetes, dan dada rasanya sudah sesak karena nafas ngos-ngosan (dalam hati bilang: "waduuhh…, ini jauh lebih parah dari pada ikutan 2 kali kelas RPM waktu fitness".. -_-‘), kaki rasanya udah pegal dan lemas.., tapi jarak ke atas sudah tidak terlalu jauh, sayang rasanya kalo harus berbalik arah.., akhirnya dengan semangat 45, ditambah jarak ke puncak juga sudah tidak terlalu jauh.., akhirnya diteruskan juga dan sampailah saya di puncak tempat salib besar itu berada…, perjuangan melawan kelelahan dan ribuan anak tangga yang terjal akhirnya berhasil, yaaayyy sampai....^_^


Sampai diatas pemandangannya sungguh indah, dari kejauhan terlihat danau Tondano, sambil jeprat-jepret mengabadikan pemandangan.





Tak terasa waktu sudah berlalu 15 menit, dan hari mulai menjelang gelap. Saya diinfo oleh pak sopir yang ikut mendampingi sampai ke puncak, bahwa harus segera turun sebelum magrib, karena akan sangat berbahaya jika turun pada hari sudah gelap karena tidak adanya penerangan dan jalannya terjal.

Jalan turun pun berbeda dengan jalan awal naik tadi, kali ini tidak melewati anak tangga, tapi melewati jalan setapak dari tanah liat dan bebatuan cadas yang curam dan licin.., sempat beberapa kali terpeleset karena sangat gelat sehingga tidak terlihat apa yang dipijak.


Jalan turun ternyata lebih cepat dari pada jalan naik.., sampailah saya di warung-warung penduduk di pinggir kaki bukit, karena hari sudah gelap, warung-warung tersebut sudah berbenah untuk menutup dagangannya.

Sewakti melewati warung-warung tersebut, saya melihat ada seekor burung hantu, awalnya karena sangat gelap saya pikir batu, tapi sewaktu diperhatikan ternyata bergerak-gerak, setelah menggunakan penerangan dari HP, baru terlihat wujud aslinya..



Kembali ke mobil carteran dan diantar ke restoran untuk makan malam. Saya lupa nama restorannya, tapi disitu terkenal akan masakan sate babi bakar.., di restoran yang sama saya mencoba makana khas Manado dan Tomohon, yaitu paniki (kelelawar).


Setelah dicicipi, rasa dagingnya hamper mirip seperti ayam, namun banyak tulang kecil-kecilnya.., lalu sayapnya terasa seperti makan jamur kuping, dimakannya greges-greges.., rasa bumbunya hampir mirip seperti bumbu padang, pedas-pedas..

Untuk sate Babi bakarnya, dagingnya agak alot, tapi lapisan kulitnya garing, makan 2 tusuk aja sudah bikin kenyang.

Selesai makan saya diantar kembali menuju kota Manado, sepanjang perjalanan sopir mobil carteran saya banyak bercerita kalau di kota Tomohon dan Manado memang terkenal akan makanan-makanan yang extreme.., seperti tikus bakar, paniki, daging anjing, kucing, ular dan lain-lain, pak sopirnya bilang bagi orang Manado,  semua itu biasa dimakan, kecuali satu…!, karena binggung saya langsung bertanya:”hah.., apa tuh Pak yang ga dimakan..??”, si sopir menjawab:”kaki meja…!” hahahahaha…, langsung tertawa semua satu mobil…

Setelah sampai kembali di hotel.., rasanya udah ga sanggup ngapa-ngapain, selesai beres-beres, naik ke tempat tidur, rasanya seperti lamaaaa sekali tidak ketemu ranjang…, ga lama nempel di ranjang, saya pun langsung lelap….